Bongkahan tanah yang
menyeruak
Menjadi lempengan baru
Saat itu ia tahu sesuatu
yang indah satu,
Dimusim pertama rekahnya
bunga
Wangi yang kusukai ialah
ketika mencium bau rerumputan
Kala embun yang
terelakkan oleh
Malam berebut ibu waktu..
Sederet kaca berpeluh
dingin
Ajak angin berdiskusi
Meneriakan sesuatu yang
mendayu ke ulu hati : tanpa arti
Itulah,
Matahari yang bersibak
awan kelam
Bias keemasannya dimakan
bulan,
menandakan jejak yang ku
tinggal dulu
Aku sampai lelah menulis
di kota ngalam ini
Bahasa puisi mencubit
manja logikaku
Beranai seribu puisi
merupa titah rindu...
Sejuta...? bagaimana
dengan itu
Rindu yang seperti apa
yang membebaskannya
Apa aku harus menamparmu
Yang sudah kenal dengan
rindu tak bertuan...
oleh: Nurpatmawati
No comments:
Post a Comment