Kata ‘pabrik’ bukan hanya milik para insinyur atau buruh
semata. Bukan pula selalu mewakili sebuah sistem yang rumit, canggih dan sulit
dipahami. Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia.
Tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah, biasanya
nilai tambah secara ekonomi, dari bahan baku yang diolah menjadi produk baru
yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pabrik bisa digolongkan dalam dua
kelompok besar berdasarkan sejauh mana sebuah reaksi kimia terlibat dalam
proses produksi, yaitu pabrik manufaktur atau pabrik perakitan dan pabrik
sintesis atau pabrik kimia.
Pabrik
perakitan tidak mengubah bahan baku menjadi produk dengan reaksi kimia sebagai
proses utama. Perubahan bahan baku menjadi produk bukan sebuah reaksi kimia.
Pabrik perakitan mobil, pabrik konveksi dan pabrik rokok adalah beberapa contoh
pabrik yang termasuk dalam kelompok ini. Pabrik kimia atau pabrik sintesis
menyelenggarakan sebuah atau serangkaian reaksi kimia untuk mengubah bahan baku
menjadi produk. Beberapa anggota kelompok ini misalnya pabrik sabun, pabrik
alat-alat kosmetik dan pabrik gula. Pabrik-pabrik yang kerja utamanya membuat
formulasi, hanya mencampurkan bahan-bahan kimia menjadi satu larutan atau
campuran juga digolongkan sebagai pabrik kimia.
Tulisan
ini ditujukan untuk menjadi gambaran umum mengenai alur pikir secara umum dalam
merancang sebuah pabrik kimia. Namun demikian beberapa nilai yang perlu
diperhatikan dalam merancang pabrik kimia seperti yang akan dibahas lebih
lanjut bisa juga diterapkan dalam merancang pabrik perakitan.
Tulisan
ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan memberikan panduan tentang
apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan teknologi proses
produksi dan penentuan lokasi pabrik yang kemudian dilanjutkan dengan panduan
menghitung laba kotor dan kebutuhan bahan baku per satuan kilogram produk.
Panduan memilih dan merancang alat-alat yang akan digunakan pabrik akan
dituangkan pada tulisan bagian kedua. Tulisan ini akan ditutup dengan panduan
merencanakan tata letak pabrik serta perhitungan kelayakan ekonomi yang
memperhitungkan seluruh pengeluaran yang akan dan mungkin, pada bagian ketiga.
1.
Pemilihan Pabrik Yang Akan Dibangun Serta Teknologi Yang Akan Digunakan
Pemilihan
pabrik yang akan dibangun secara umum digolongkan menjadi tiga motivasi. Karena
permintaan pasar, karena ketersediaan bahan baku yang berlimpah serta karena
tersedianya teknologi baru. Bisa jadi motivasi untuk dibangunnya sebuah pabrik
merupakan kombinasi dua jenis motivasi di atas atau bahkan kombinasi
ketiga-tiganya sekaligus.
Pembangunan
pabrik karena permintaan pasar yang meningkat merupakan motivasi yang sangat
lazim dan sesuai dengan hukum ekonomi. Hal yang perlu diselidiki lebih lanjut
adalah apakah lonjakan permintaan pasar tersebut akan stabil terus meningkat di
masa datang, atau ada alasan-alasan khusus yang mempengaruhi pasar, seperti
alasan tidak stabilnya politik negara, embargo ekonomi, atau
kecelakaan-kecelakaan yang dialami produsen lain, calon saingan, yang
menyebabkan produsen tersebut menurunkan produksi. Perlu data akurat dan
analisis pasar yang jeli dari orang-orang yang berpengalaman untuk memastikan kestabilan
peningkatan permintaan pasar. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kapasitas
produksi calon-calon saingan dari pabrik yang akan dibangun. Bisa jadi saingan
tersebut sudah mengantisipasi lebih dahulu dan sudah mulai meningkatkan
kapasitas produksi sebagai usaha mencuri start.
Motivasi
membangun pabrik karena ketersediaan bahan baku merupakan motivasi yang sangat
diharapkan dan didukung oleh pemerintah Indonesia. Fakta bahwa negara Indonesia
punya sumber daya alam yang beraneka ragam dan berlimpah tidak perlu
dipertanyakan lagi. Penggunaan bahan baku yang hanya ada di Indonesia akan
meningkatkan daya saing pabrik tersebut. Bahan baku dari bidang pertanian
menjanjikan keunggulan tersebut karena ada banyak jenis tumbuhan yang hanya
bisa tumbuh alami di Indonesia. Hanya saja motivasi seperti ini memerlukan
pemikiran yang kreatif, pemahaman terhadap teknologi kimia yang handal serta
orang-orang yang memiliki visi tangguh. Tantangan lain adalah teknologi yang
akan digunakan bisa jadi teknologi yang benar-benar baru atau teknologi lama
yang perlu banyak modifikasi. Literatur juga terbatas disebabkan negara-negara
maju jarang menyelenggarakan penelitian pengembangan teknologi untuk mengolah
bahan baku yang tidak ada di dalam negerinya. Karena itu motivasi jenis ini
memerlukan serangkaian penelitian dan pengkajian teknologi sebelum pabrik yang
dicita-citakan akan didirikan.
Negara-negara
maju saat ini berlomba-lomba membangun pabrik karena motivasi tersedianya suatu
teknologi baru. Ketersediaan teknologi baru tidak hanya sekadar menyuguhkan
suatu teknologi proses yang lebih hemat tapi bisa juga suatu produk baru. Hal
ini bisa meningkatkan prestise negara tersebut di mata dunia. Pembangunan
pabrik Compact Disc (CD) misalnya, adalah sebuah contoh pabrik yang dibangun
karena ketersediaan suatu teknologi dan pengetahuan yang menyeluruh mengenai
sinar laser dan apa yang mampu sinar laser akibatkan pada struktur kristal.
Tapi tetap saja motivasi jenis ini butuh ide-ide yang cemerlang dan inovatif,
yang percaya kalau fenomena sinar laser bisa digunakan sebagai sarana
penyimpanan dan pembacaan data digital. Tidak semua teknologi baru bisa
dikembangkan menjadi pabrik dengan produk baru.
Intinya,
ketiga motivasi itu bisa berbuah menjadi sebuah pabrik apabila motivasi itu terdapat
pada diri orang yang paham teknologi, punya visi tangguh, berani bersaing,
memperhitungkan resiko dan berani menerima resikonya serta mau bekerja keras.
Pemilihan
Lokasi Pabrik
Pemilihan
lokasi pabrik secara umum bisa dikelompokkan berdasarkan dua alasan pemilihan,
mendekati tempat bahan baku berada atau mendekati tempat pasar berada. Alasan
pemilihan tersebut perlu mempertimbangkan biaya pengiriman dan transportasi,
sarana dan prasarana di daerah sekitar serta kebijakan pemerintah daerah
setempat.
Pabrik
biasanya didirikan di sekitar tempat bahan baku berada karena alasan bahan baku
memiliki konsentrasi yang terlalu rendah. Freeport rela membangun pabriknya di
tengah hutan Papua walaupun perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya besar
untuk melengkapi sarana transportasi, pembebasan tanah, perumahan karyawan dan
lain-lain karena biaya produksi akan jauh lebih mahal jika tanah yang
mengandung emas dan tembaga tersebut dibawa ke tanah Jawa dan didulang di Jawa.
Alasan lain adalah bahan baku berupa gas atau cair yang perlu penanganan khusus
dalam pemindahan dan transportasinya. Inilah sebabnya lokasi pengilangan gas
alam dan minyak bumi berada di tempat terpencil.
Pabrik yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku juga sering dibangun di dekat kawasan pertaniannya untuk menghindari kerusakan bahan baku karena busuk. Pabrik pengalengan ikan juga biasanya di dekat dermaga. Malah ada pabrik yang dibangun di atas kapal untuk menghindari ikan menjadi busuk dan menghemat biaya transportasi untuk pasar ekspor.
Pabrik yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku juga sering dibangun di dekat kawasan pertaniannya untuk menghindari kerusakan bahan baku karena busuk. Pabrik pengalengan ikan juga biasanya di dekat dermaga. Malah ada pabrik yang dibangun di atas kapal untuk menghindari ikan menjadi busuk dan menghemat biaya transportasi untuk pasar ekspor.
Istilah
‘mendekati pasar’ di sini bukan semata-mata berarti harus berjarak dekat dengan
pasar, tapi maksudnya adalah memiliki akses yang mudah, murah dan cepat ke
konsumen karena tersedianya sarana transportasi yang memadai. Pemilihan lokasi
pabrik yang mendekati pasar adalah alasan yang lebih lazim digunakan. Bagi
pabrik yang memproduksi produk yang rentan dan perlu penanganan khusus, seperti
pabrik es krim, membangun pabrik di dekat pasar yang ditargetkan menjadi sangat
penting. Pabrik yang memiliki banyak saingan juga perlu berada di daerah yang
memiliki akses yang mudah dan cepat ke pasar. Pabrik-pabrik minuman ringan
(soft drink) membangun pabrik pengemasan dalam botol (bottling company) di
berbagai tempat untuk memperluas pasarnya dan untuk menjaga agar konsumennya
tidak beralih ke produk lain yang sejenis. Istilah pasar sendiri tidak
semata-mata pasar domestik namun juga berarti pasar mancanegara jika perusahaan
berorientasi pada produk ekspor. Bagi pabrik seperti ini, lokasi di dekat dermaga
atau bandar udara menjadi contoh lokasi pabrik yang mendekati pasar. Bahkan
kadang-kadang ada pabrik yang membangun dermaganya sendiri untuk kebutuhan
ekspor bila dermaga umum tidak layak atau terlalu ramai.
Pemilihan
lokasi mendekati pasar biasanya lebih disukai apabila pemerintah daerah
setempat memiliki dan mengatur tata kota dengan visi sebagai kota kawasan
industri. Segala sarana perhubungan seperti jalan raya dan jalan bebas
hambatan, dermaga dan bandara serta sarana utilitas seperti listrik dan air
bersih adalah milik umum yang diusahakan oleh pemerintah. Sarana perumahan
untuk karyawan juga akan mudah terjangkau dari kawasan pabrik jika kota
tersebut memiliki tata kota yang baik sebagai kota industri. Sarana hiburan
bagi karyawan tidak perlu disediakan oleh perusahaan karena pihak swasta akan
berlomba-lomba untuk membangunnya di kota tersebut.
Akan
lain halnya jika lokasi pabrik mendekati bahan baku dan harus didirikan di
lokasi terpencil. Segala sarana perhubungan, sarana utilitas, perumahan karyawan
berikut sarana hiburan dan peribadatannya perlu menjadi perhatian perusahaan
pemilik pabrik. Hal ini akan berarti tambahan biaya investasi. Tetapi
perusahaan yang didirikan di lokasi mendekati bahan baku biasanya memiliki
keuntungan biaya operasional yang lebih ringan serta dukungan pemerintah daerah
setempat. Bahkan kadang-kadang perusahaan bisa mendesak pemerintah daerah untuk
mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan perusahaan misalnya kelonggaran
peraturan mengenai lingkungan hidup dan ketenagakerjaan. Kebijakan pemerintah
menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perolehan profit dan benefit bagi
perusahaan. Pemerintah daerah kawasan industri akan menetapkan upah minimum
regional yang tinggi serta peraturan lingkungan yang ketat. Kebijakan ini berani
dilakukan karena pemerintah daerah tersebut sadar akan nilai tawar dari
kawasannya. Oleh sebab itu perusahaan yang akan membangun pabrik di kawasan
industri harus menghadapi biaya operasional yang lebih besar untuk pengeluaran
sosial (social cost).
Pada
akhirnya pemilihan lokasi mendekati bahan baku atau mendekati pasar juga
berdasarkan keuntungan ekonomi (profit) dan keuntungan sosial kemasyarakatan
(benefit) dari akibat pemilihan lokasi. Dalam rangkaian tulisan ini hanya
dibahas analisis keuntungan ekonomi (profit). Untuk keperluan tersebut perlu
perhitungan yang cermat dalam neraca massa dan energi pabrik produksi serta
pemilihan sistem proses dan sistem pemroses yang paling efisien.
2.
Menghitung Kapasitas Produksi serta Memilih Sistem Proses dan Sistem Pemroses
Tujuan
utama usaha merancang dan membangun pabrik kimia adalah mendapatkan nilai
tambah dari segi ekonomi dari suatu bahan baku. Peningkatan nilai ekonomi
dilakukan dengan cara mengolah bahan baku menjadi suatu produk yang memiliki
nilai jual yang lebih tinggi sehingga perusahaan pengolah memperoleh laba
(profit). Pada pabrik yang memproduksi barang kimia dasar seperti pupuk urea,
asam sulfat, etanol dan sejenisnya, patokan mutunya semata-mata hanyalah
komposisi dan kemurnian. Harga jual produk dan bahan baku untuk masing-masing
kemurnian tertentu dan tetap. Bagi pabrik-pabrik seperti ini, pilihan untuk
mendapatkan laba lebih banyak bukan dengan meningkatkan mutu melainkan dengan
cara menghemat ongkos produksi dan memperbanyak jumlah produk yang dihasilkan
per tahunnya. Jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu tertentu inilah
yang dinamakan kapasitas produksi.
Perhitungan
kapasitas produksi yang cermat menjadi aspek yang sangat penting dalam usaha
memperoleh laba lebih banyak. Tentu saja perhitungan ini harus didukung dengan
analisa kebutuhan pasar yang cermat pula sebagaimana yang telah disinggung pada
bagian 1. Meningkatkan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan cara menambah
dan atau modifikasi peralatan yang ada agar bisa beroperasi lebih optimal dan
efisien. Usaha modifikasi ini membutuhkan pemahaman tentang sistem proses dan
sistem pemroses.
Andaikan
Anda ingin mengawetkan ikan bandeng. Anda memiliki beberapa pilihan cara
pengawetan: dikeringkan, diasinkan atau diasapkan. Cara-cara pengawetan ini
dinamakan sistem proses. Jika Anda memilih sistem proses pengasapan untuk
mengawetkan bandeng, untuk selanjutnya hanya dinamakan sistem pengasapan.
Produk Anda adalah bandeng asap. Untuk membuat bandeng asap, sekali lagi Anda
menjumpai pilihan sistem proses, menggunakan asap dalam bentuk gas atau asap
cair. Jika Anda memilih menggunakan asap gas, Anda membutuhkan tungku untuk
menghasilkan asap dan ruang pengasapan. Jika Anda memilih menggunakan asap
cair, Anda membutuhkan wadah, ember misalnya, untuk merendam bandeng dalam asap
cair. Tungku penghasil asap, ruang pengasapan dan ember adalah sistem pemroses.
Ilustrasi mengenai bandeng asap ini diharapkan dapat memantapkan pemahaman
terhadap sistem proses dan sistem pemroses.
Usaha
produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem
pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang terkendali.
Untuk lebih mudah, rangkaian sistem proses produksi ini dinamakan teknologi
proses. Selain permintaan pasar dan ketersediaan bahan baku serta utilitas,
sebagaimana telah disinggung pada bagian 1, kinerja teknologi proses juga
menjadi patokan dalam menetapkan kapasitas produksi karena bisa jadi suatu
teknologi proses memiliki batas kapasitas minimum agar perusahaan tetap mendapat
laba.
Teknologi
proses yang dijual dalam bentuk lisensi biasanya ditampilkan dalam bentuk
rangkaian sistem proses yang dinamakan diagram alir atau block diagram. Diagram
alir yang lebih rinci menampilkan rangkaian sistem pemroses dan dinamakan flow
chart. Segala lisensi yang dipatenkan dan diperdagangkan merupakan lisensi atau
paten untuk rancangan teknologi proses. Anda mungkin sering mendengar proses
Kraft untuk teknologi proses produksi keju, proses Richard untuk pemurnian
garam dapur, proses Kelloggs untuk teknologi proses produksi susu bubuk, proses
Faurchild untuk proses produksi kaca jendela. Ibarat penghargaan Nobel untuk
ilmuwan, penghargaan Pulitzer untuk jurnalis, maka Kirkpatrick Award adalah
penghargaan bertaraf internasional bagi para perancang teknologi proses
produksi pabrik kimia yang dianggap memberikan kontribusi atau terobosan baru
yang paling kreatif di dunia perancangan teknologi proses. Diagram Alir dan
Neraca Massa & Energi
Usaha
membuat block diagram menjadi flow chart memerlukan perhitungan neraca massa
dan energi. Neraca massa adalah kajian jumlah material yang masuk, keluar dan
yang terakumulasi dari tiap-tiap sistem proses. Neraca energi adalah rangkaian
proses keseluruhan serta kajian tentang jumlah energi (panas) yang harus dipasok
atau dikeluarkan dari tiap-tiap sistem proses dan rangkaian proses secara
keseluruhan. Perkembangan teknologi komputasi telah banyak membantu dalam
penyediaan berbagai software untuk perhitungan neraca massa dan energi, di
antaranya Hisys dan ChemCad.
Data
yang paling menarik dari neraca massa dan energi adalah jumlah masing-masing
bahan baku, serta bahan bakar yang dibutuhkan untuk memproduksi produk per
satuan jualnya, misalnya per kilo atau per liter. Perhitungan perolehan produk
dapat ditentukan dari data tersebut. Perolehan bermakna, berapa persen bahan
baku yang diumpankan berubah menjadi produk. Perhitungan laba per satuan jual
juga dapat ditentukan dari data ini. Jika Anda ingin modal investasi untuk
membangun pabrik didapat kembali setelah pabrik beroperasi dalam kurun waktu
tertentu, Anda bisa memperkirakan seberapa banyak produk yang harus dibuat
dalam kurun waktu tersebut dengan data ini. Dengan kata lain, Anda telah
menetapkan kapasitas produksi Anda.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menghitung neraca massa dan energi adalah
penggunaan dasar perhitungan dalam kaitannya dengan teknologi proses. Pabrik
yang menyelenggarakan proses produksi secara sinambung (continuous) 24 jam
sehari 300 hari setahun seperti pabrik pupuk dan pabrik pengilangan minyak bumi
menggunakan dasar perhitungan laju produksi, laju material yang masuk dan
keluar sistem proses per satuan waktu yang singkat, misalnya per jam atau per
menit.
Penggunaan
dasar perhitungan ini tidak cocok digunakan pada sistem proses yang beroperasi
partaian (batch) atau proses yang membutuhkan waktu lama dalam beroperasi,
misalnya proses fermentasi. Misalnya Anda mampu membuat tape (peuyeum) 480 kg
dalam sekali proses dengan lama proses fermentasi 2 hari. Perhitungan Anda akan
lebih akurat jika mengunakan dasar perhitungan 1440 kg per minggu daripada 10
kg per jam, dengan anggapan seminggu 6 hari kerja.
Penggunaan
dasar perhitungan juga perlu memperhatikan rentang waktu antar pengiriman bahan
baku dan penjualan produk. Apakah bahan baku dikirim dalam jumlah tertentu
seminggu sekali, sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Pertimbangan ini juga
mempengaruhi besar gudang yang dibutuhkan. Sistem Pereaksian dan Sistem
Pemisahan & Pemurnian
Pemilihan
sistem pemroses yang menjadi unit-unit teknologi proses sangat bergantung pada
beban kerja sistem pemroses yang diketahui dari perhitungan neraca massa dan
energi. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia adalah
sistem proses pereaksian, yang untuk kemudian dinamakan sistem pereaksian, dan
sistem proses pemisahan & pemurnian, yang untuk kemudian dinamakan sistem
pemisahaan & pemurnian. Walaupun ada pabrik yang sistem proses utamanya
hanya terdiri dari sistem pemisahan & pemurnian saja seperti pabrik gula
dan pabrik garam, atau hanya sistem pereaksian saja seperti pabrik sabun.
Sistem
pereaksian merupakan ciri khas pabrik kimia. Proses perubahan bahan baku
menjadi produk terjadi dalam sistem ini. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu
dijawab sebelum merancang sistem pereaksian adalah bagaimana persamaan reaksi
dan stoikiometrinya, pada suhu dan tekanan berapa reaksi akan diselenggarakan,
apakah bahan yang akan direaksikan pada fasa padat, cair atau gas, apakah
reaksi tersebut memerlukan katalis, apakah fasa katalis yang digunakan padat atau
cair, apakah reaksi tersebut menghasilkan panas atau membutuhkan pemanasan dan
berapa lama reaksi itu berlangsung.
Sistem
pemroses bagi sistem proses pereaksian adalah reaktor. Ada dua model teoritis
paling populer yang digunakan dalam merancang reaktor yang beroperasi dalam
keadaan tunak, yaitu Continous Stirred Tank Reactor (CSTR) dan Plug Flow
Reactor (PFR). Perbedaannya adalah pada dasar asumsi konsentrasi
komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi. CSTR adalah reaktor model berupa
tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tanki sangat
sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar
konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada
reaksi homogen di mana semua bahan baku dan katalisnya berfasa cair, atau
reaksi antara cair dan gas dengan katalis cair. Untuk reaksi heterogen,
misalnya antara bahan baku gas dengan katalis padat menggunakan model PFR. PFR
mirip saringan air dari pasir. Katalis diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela
katalis dilewatkan bahan baku seperti air melewati sela-sela pasir pada
saringan. Asumsi yang digunakan adalah tidak ada perbedaan konsentrasi tiap
komponen yang terlibat di sepanjang arah jari-jari pipa.
Sistem
pemisahan dan pemurnian bertujuan agar hasil dari sistem pereaksian sesuai
dengan permintaan pasar sehingga layak dijual. Sistem pemisahan kadang juga
diperlukan untuk menyiapkan bahan baku agar konsentrasi atau keadaannya sesuai
dengan katalis yang membantu penyelenggaraan reaksi.
Pemilihan
sistem pemisahan dan pemurnian tergantung pada perbedaan sifat fisik dan sifat
kimia dari masing-masing komponen yang ingin dipisahkan. Perbedaan sifat fisik
yang bisa dimanfaatkan untuk memisahkan komponen-komponen dari satu campuran
adalah perbedaan fasa (padat, cair atau gas), perbedaan ukuran partikel,
perbedaan muatan listrik statik, perbedaan tekanan uap atau titik didih dan
perbedaan titik bekunya. Perbedaan sifat kimia yang bisa dimanfaatkan untuk
memisahkan komponen-komponen suatu campuran adalah kelarutan dan tingkat
kereaktifan.
Sistem
pemroses yang dibangun tergantung pada jenis perbedaan apa yang ingin
dimanfaatkan untuk memisahkan komponen tersebut. Sistem pemroses alat penyaring
dan ruang pengendapan bisa digunakan untuk menyelenggarakan sistem proses
pemisahan padatan dari cairan atau gas, sementara untuk memisahkan dua fasa
cair tak larut hanya bisa menggunakan ruang pengendapan. Sistem pemroses alat
penyaring juga bisa digunakan untuk memisahkan bahan padat dengan ukuran
partikel yang berbeda. Sistem pemroses pemisahan dan pemurnian yang paling
lazim di pabrik kimia adalah distilasi dan ekstraksi. Distilasi memanfaatkan
perbedaan perbedaan tekanan uap masing-masing komponen sedangkan ekstraksi
memanfaatkan perbedaan derajat kelarutan komponen terhadap satu jenis atau satu
campuran pelarut.
Sistem
Penukar Panas dan Sistem Utilitas
Kedua
sistem proses utama di atas, baik sistem pereaksian maupun sistem proses
pemisahan & pemurnian membutuhkan kondisi operasi pada suhu dan tekanan
tertentu. Menaikkan atau menurunkan tekanan biasanya dilakukan dengan cara
menaikkan suhu pada suatu ruang yang volum dan isinya dijaga tetap. Suatu
sistem penukar panas dibutuhkan agar sistem proses utama bisa berlangsung.
Sistem
pemroses untuk sistem penukar panas adalah alat pemindah panas ataau dikenal
dengan heat exchanger. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang dan
memilih heat exchanger adalah suhu dan tekanan saat proses pemindahan panas
terjadi, fasa fluida yang memberi dan menerima panas serta apakah terjadi
perubahan fasa pada fluida pemanas atau yang dipanaskan, dan sifat fisik
masing-masing fluida. Sifat fisik fluida meliputi kapasitas panas (Cp), kalor
penguapan, dan besaran kecepatan pindah panas. Hal-hal di atas dipertimbangkan
untuk menentukan luas permukaan sentuh antara fluida pemanas dan yang
dipanaskan agar proses pemindahan panas sempurna.
Dalam
pabrik, panas biasanya ‘disimpan’ dalam fluida yang dijaga pada suhu dan
tekanan tertentu. Fluida yang paling umum digunakan adalah air panas dan uap
air karena alasan murah dan memiliki kapasitas panas tinggi. Fluida lain
biasanya digunakan untuk kondisi pertukaran panas pada suhu di atas 100 C pada
tekanan atmosfer. Air atau uap air bertekanan (dinamakan kukus) mendapatkan
panas dari tungku pembakaran atau boiler.
Sistem
pemindahan panas tidak hanya bertugas memberikan panas tetapi juga menyerap
panas. Misalnya, menyerap panas dari sistem proses yang menghasilkan energi
misalnya sistem proses yang melibatkan reaksi eksotermik atau menyerap panas
agar kondisi sistem di bawah suhu ruang atau suhu sekitar. Untuk penyerap panas
agar suhu di bawah suhu ruang biasanya pabrik menggunakan refrigerant, bahan
yang sama dengan yang bekerja pada lemari es Anda. Penggunaan air sebagai media
pendingin juga dibatasi sifat fisiknya yaitu titik didih dan titik beku. Suhu
air pendingin perlu dikembalikan ke suhu sekitar atau suhu ruang agar bisa
difungsikan kembali sebagi pendingin. Sistem pemroses yang melakukan ini adalah
cooling tower.
Cooling
tower, boiler dan tungku pembakaran merupakan sistem-sistem pemroses untuk
sistem penyedia panas dan sistem pembuang panas. Kedua sistem proses ini
bersama-sama dengan sistem penyedia udara bertekanan, sistem penyedia listrik
dan air bersih untuk kebutuhan produksi merupakan sistem penunjang
berlangsungnya sistem proses utama yang dinamakan sistem utilitas. Kebutuhan
sistem utilitas dan kinerjanya tergantung pada seberapa baik sistem utilitas
tersebut mampu ‘melayani’ kebutuhan sistem proses utama dan tergantung pada
efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan bakar.
Pabrik
tidak harus mempunyai sistem pemroses utilitas sendiri. Listrik misalnya,
pabrik bisa membelinya dari PLN jika kapasitas PLN setempat mencukupi atau
membeli dari pabrik tetangga. Demikian pula untuk unit pengolahan limbah, unit
penyedia kukus & air pendingin dan unit penyedia udara bertekanan. Pada
suatu kawasan industri, misalnya di Singapura, beberapa unit utilitas untuk
seluruh kawasan dikelola oleh negara. Layaknya PLN & PDAM di Indonesia,
Singapura memiliki perusahaan pengolahan limbah, perusahaan penyedia gas bahan
bakar & udara bertekanan. Pada beberapa kawasan yang masih belum terjangkau
jaringan perusahaan tersebut, ada perusahaan swasta yang ditunjuk pemerintah
untuk menjual kebutuhan utilitas. Ini menjadi salah satu keunggulan yang lebih
memikat para investor untuk menanamkan modalnya di Singapura.
Jika
suatu pabrik ingin menyediakan sistem utilitasnya sendiri, sistem pemroses
untuk sistem utilitas mudah didapat di pasar. Banyak perusahaan yang menjual boiler
atau tungku pembakaran dalam berbagai kapasitas panas. Sama seperti generator
listrik dan alat penjernihan air. Anda tinggal menentukan berapa banyak panas
yang dibutuhkan pabrik per jam atau per harinya, sama seperti menentukan berapa
kWh listrik yang Anda butuhkan. Pihak penjual akan merekomendasikan boiler atau
generator listrik yang sesuai kebutuhan Anda bahkan memasangkannya pada pabrik
Anda.
Memang
merancang sistem pemroses untuk utilitas tidak serumit merancang sistem proses
dan sistem pemroses utama. Kedua sistem ini membutuhkan pengetahuan kimia dan
teknik kimia yang mendalam terhadap teknologi proses yang akan dibangun. Jika
Anda membeli lisensi teknologi proses, Anda bisa mempercayakan perancangan dan
pembangunan pabrik pada pihak penjual lisensi, tentunya dengan harga beli yang
lebih tinggi. Anda bisa menggunakan jasa perusahaan konsultan dalam merancang
dan membangun sistem proses dan sistem pemroses utama jika ingin merancang
teknologi proses sendiri. Perusahaan yang bergerak di jasa perancangan pabrik
kimia yang ada di Indonesia diantaranya adalah PT Rekayasa Industri (ReKin) dan
PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT).
Setelah
proses perancangan dan pembangunan pabrik selesai, pabrik tersebut harus
dioperasikan dalam keadaan yang terkendali dan menghasilkan produk dengan mutu
yang terkendali pula. Untuk itu, pabrik perlu dilengkapi dengan sistem
pengendalian dan sistem management sumber daya manusia yang terlibat, yang akan
mengatur dan mengendalikan proses produksi.
3.
Sistem Pengendalian dan Sistem Manajemen Pabrik serta Kajian Kelayakan Ekonomi
Suatu
pabrik dirancang dan dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan nilai guna
barang. Bahan baku yang awalnya memiliki nilai guna rendah jika diolah dalam
pabrik akan menghasilkan suatu produk, baik produk akhir maupun produk
intermediate, yang nilai gunanya lebih tinggi. Dengan mengubah nilai guna suatu
bahan maka nilai jualnya juga berubah. Nilai jual yang tinggi tentu saja sangat
diharapkan oleh semua pabrik karena dari situ perusahaan pengolah mendapatkan
laba (profit).
Sistem
Pengendalian
Untuk
mendapatkan laba yang banyak maka barang yang dihasilkan tentulah harus
mempunyai kualitas yang bagus. Kondisi selama proses produksi sangat
mempengaruhi kualitas produk. Suatu proses akan berjalan dengan baik jika
dioperasikan pada kondisi optimumnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat
pengendali (controller).
Tugas
controller adalah mereduksi signal kesalahan yaitu perbedaan antara signal
setting dengan signal aktual. Hal ini sesuai dengan tujuan sistem pengendalian
adalah mendapatkan signal aktual (yang diinginkan) sama dengan signal setting.
Semakin cepat reaksi sistem mengikuti signal aktual dan semakin kecil kesalahan
yang terjadi maka semakin baik kinerja sistem pengendali yang diterapkan.
Jika
perbedaan antara nilai setting dengan nilai keluaran relatif besar maka
controller yang baik seharusnya mampu mengamati perbedaan ini untuk segera
menghasilkan signal keluaran untuk mempengaruhi proses. Dengan demikian sistem
secara cepat mengubah keluaran proses sampai diperoleh selisih antara setting
dengan keluaran yang diatur sekecil mungkin.
Jenis
controller ada beberapa macam. Pertama proportional controller (P) yang
memiliki keluaran yang sebanding dengan besarnya kesalahan signal (selisih
antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya). Keluaran proportional
controller merupakan perkalian antara konstanta-konstanta proporsional dengan
masukannya. Perubahan pada signal masukan akan segera menyebabkan sistem secara
langsung mengubah keluarannya sebesar konstanta pengalinya. Apabila nilai
konstanta proporsionalnya kecil, proportional controller hanya mampu melakukan
koreksi kesalahan yang kecil sehingga akan menghasilkan respon sistem yang
lambat. Jika nilai konstanta proporsional dinaikkan, respon sistem menunjukkan
semakin cepat mencapai keadaan tunaknya. Akan tetapi jika nilai tersebut
diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan sistem
bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berosilasi. Jenis proportional
controller biasanya digunakan untuk mengendalikan ketinggian cairan dalam
tangki.
Kedua
adalah integral controller yang berfungsi menghasilkan respon sistem yang
memiliki kesalahan keadaan tunak . Kalau sebuah pabrik tidak memiliki unsur
integrator (1/s), proportional controller tidak akan mampu menjamin keluaran
sistem dengan kesalahan kondisi tunaknya nol. Integral controller memiliki
karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran controller sangat
dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai signal kesalahan.
Keluaran controller ini merupakan jumlahan yang terus menerus dari perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelumnya terjadi perubahan masukan.
Dalam pemakaiannya biasanya proportional controller digabungkan dengan integral
controller menjadi proportional integral controller (PI). Hasilnya berupa kurva
berbentuk gelombang. Controller jenis ini biasanya digunakan untuk
mengendalikan tekanan.
Ketiga
adalah differential controller yang memiliki sifat seperti halnya suatu operasi
derivatif. Perubahan yang mendadak pada masukan controller akan mengakibatkan
perubahan yang sangat besar dan cepat. Ketika masukannya tidak mengalami
perubahan, keluaran controller juga tidak mengalami perubahan. Differential
controller umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi
tidak memperkecil kesalahan pada kondisi tunak. Kerja differential controller
hanya efektif pada lingkup yang sempit yaitu pada periode peralihan. Oleh
karena itu differential controller tidak pernah digunakan tanpa ada controller
lain dalam sebuah sistem.
Setiap
kekurangan dan kelebihan dari masing-masing proportional controller, integral
dan diferensial dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara
paralel menjadi proportional integral differential controller (controller PID).
Elemen-elemen proportional controller, integral dan diferensial masing-masing
secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem,
menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar. Controller
jenis ini biasanya digunakan untuk mengendalikan suhu dan laju alir dalam
sebuah reaktor.
Sistem
Manajemen Sumber Daya Manusia
Guna
menjalankan suatu proses di pabrik tidak hanya dibutuhkan teknologi yang
canggih dan instrumentasi yang terkendali. Tetapi juga sumber daya manusia
sebagai perancang, pelaksana dan pengendali proses. Secara fungsional suatu
perusahaan dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertugas menjalankan
kepemimpinan perusahaan, menetapkan sistem dan tata kerja perusahaan dan
menentukan kebijaksanaan perusahaan. Direktur utama memegang kekuasaan
tertinggi di perusahaan.
Seorang
direktur utama dibantu oleh beberapa direktur, kepala bagian, kepala seksi dan
koordinator shift. Jumlah karyawan dari tingkat operator ke tingkatan lebih
tinggi akan membentuk sebuah piramida. Artinya semakin ke atas jumlahnya
semakin kecil.
Untuk
pabrik-pabrik yang menggunakan sistem Continue (24 jam sehari dan 330 hari
dalam setahun), karyawannya dibedakan menjadi 2 macam. Pertama karyawan regular
yang mempunyai jam kerja tetap. Mereka bekerja setiap hari kerja dan libur pada
hari Sabtu, Minggu dan hari besar. Kedua adalah karyawan shift yang terbagi
dalam 4 regu dan dalam sehari terdapat 3 regu shift sedangkan 1 regu shift
libur. Pembagian shift diatur sedemikian rupa sehingga sehabis shift malam,
karyawan mendapat libur 2 hari. Biasanya dalam 1 kelompok shift terdapat seksi
proses, utilitas, logistik, listrik dan instrumentasi, bengkel, safety dan
keselamatan kerja. Ini biasanya berlaku pada pabrik-pabrik besar, seperti
pabrik pembuatan keramik, atau pabrik-pabrik kimia lainnya.
Sedangkan
untuk pabrik yang menggunakan sistem Batch, seperti pabrik-pabrik pembuatan
makanan (tempe, tahu), tidak diberlakukan karyawan shift, artinya karyawan
bekerja secara regular setiap hari.
Uji
Kelayakan Ekonomi
Suatu
pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain
safety-nya terjamin dan tentu saja dapat mendatangkan profit. Dalam hal ini
kita akan memfokuskan pada kelayakan secara ekonomi saja. Untuk mendirikan suatu
pabrik diperlukan modal yang cukup besar. Modal ini bisa berasal dari investor
maupun dari pinjaman bank. Modal yang digunakan ada 2 macam yaitu modal tetap
dan modal kerja. Modal tetap meliputi pembelian alat-alat, instalasi, pemipaan,
instrumentasi, isolasi (jika perlu), listrik, utilitas, bangunan, tanah,
engineering and construction, contractor’s fee dan contingency. Modal kerja
besarnya tergantung pada jenis pabrik dan kapasitasnya. Modal kerja ini
meliputi raw material inventory, in process inventory, product inventory,
extended credit dan available cash.
Kedua
modal di atas digunakan untuk biaya produksi yang terbagi menjadi 3 macam yaitu
biaya produksi langsung, biaya produksi tidak langsung dan biaya tetap. Biaya
produksi langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan langsung
suatu proses, seperti bahan baku, buruh dan supervisor, perawatan, plant
supplies, paten dan royalty dan utilitas. Biaya produksi tidak langsung adalah
biaya yang dikeluarkan untuk mendanai hal-hal yang secara tidak langsung
membantu proses produksi, antara lain payroll overhead (seperti rekreasi
karyawan), laboratorium, plant overhead, packing dan pengapalan. Biaya tetap
adalah biaya yang tetap dikeluarkan baik pada saat pabrik berproduksi maupun
tidak. Biaya ini mencakup depresiasi, pajak dan asuransi. Selain itu ada juga
biaya umum yang meliputi administrasi, sales expenses, penelitian dan finance.
Laba atau profit diperoleh dari hasil pengurangan harga jual dengan biaya
produksi.
Selain
berorientasi pada perolehan profit, perusahaan juga harus bisa mengembalikan
modal apalagi jika modal itu berasal dari pinjaman. Waktu untuk pengembalian
modal dinyatakan dengan persentase Return On Investment (ROI) yang dirumuskan
sebagai perbandingan laba dengan modal tetap. Bisa juga dinyatakan dalan Pay
Out Time (POT). Besarnya Return On Investment dan Pay Out Time berbeda untuk
tiap jenis pabrik tergantung dari resiko yang ditimbulkan oleh proses dalam
pabrik .
Uji
kelayakan ekonomi juga dinyatakan dalam bentuk grafik hubungan kapasitas
produksi dan biaya yang harus dikeluarkan. Akan terbentuk 2 buah titik yaitu
Shut Down Point dan Break Even Point. Shut Down Point adalah suatu titik di
mana pada kondisi itu jika proses dijalankan maka perusahaan tidak akan
mendapatkan laba tetapi juga tidak menimbulkan kerugian. Jika pabrik beroperasi
pada kapasitas di bawah titik Shut Down Point maka pabrik akan mendapatkan
rugi. Titik Break Even Point adalah keadaan yang timbul jika pabrik beroperasi
pada kapasitas penuh. Nilai Break Even Point yang baik untuk pabrik kimia
biasanya berkisar antara 40% – 60%.
Dengan
memperhatikan semua unsur, dari pemilihan lokasi, pemilihan teknologi,
kapasitas, teknologi proses dan pemroses serta ditunjang dengan pengendalian
proses dan sistem manajemen sumber daya manusia yang baik, maka dapat diperoleh
laba yang optimum. (uha)
dilarsir dari http pada judul di atas
No comments:
Post a Comment