Latest News

Saturday, February 13, 2016

Berjalan Diatas Prinsip Aswaja


Gambar Ilustrasi
Juhari el sarruny*

Seperti yang telah kita ketahui bahwa prinsip aswaja dengan pengetahuan sosial , hukum politik, budaya dan agama , yang dibenturkan dengan prinsip berfikir, toleran (tasamuh), muderat (tawassuth), seimbang (tawazun), keadilan (taaddul).
Merupakan metodologi berfikir , basis ideology, atau sumber inspirasi dari kelompok sapaham, melahirkan kita sebagai makhluk sosial yang hidup dengan sesame dan selalu membutuhkan kerja sama , tetapi lebih dari pada itu manusia itu mempunyai kepekaan sosial.

Kepekaan sosial berarti kemampuan untuk menyesuaikan perbuatan seseorang akan berbeda-beda. Tingkah laku sesorang juga akan berbeda dalam lingkungan, tingkah laku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara seporadis (timbul dan hilang disaat-saat tertentu) tetapi selalu ada kelangsungan (kontinuitas) anatara satu perbutan dengan perbuatan berikutnya. Pendek kata, terdahulu merupakan persiapan bagi perbuatan yang kemudian, sedangkan perbuatan yang kemudian merupakan kelanjutan dari perbuatan masa sebelumnya.

Selepas dari itu semua, manusia sebagai kholifah fil ardli wajib hukumnya menumbuhkan rasa toleran kepada sesame, yaitu diantaranya saling tolong seperti yang dijelaskan dalam kitab jami’us shoghir hal 183, “barang siapa yang mempermudah (menolong) orang yang sedang butuh pertolongan maka Allah SWT. akan membalas kemudahan orang itu (penolong). Karena hal itu ketika sudah berhubungan dengan sesama makhluk Tuhan (hablum min an-nas dan hablum min alam) maka berarti jalur hatinya dengan Tuhan (hablum min Allah).

Integarasi nasional sangat dibutuhkan yaitu secara politis merupakan proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial kedalam satuan wilayah nasional yang terbentuk identitas nasional secara antropologis, merupakan proses penyesuaian diantara unsure-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.

Nasional itu perpaduan antara unsur-unsur masyarakat yang kecil dan banyak jumlahnya menjadi satu kesatuan bangsa. Nah apakah yang mendorong terjadinya prose perpaduan dan perbedaan antara itu?, Ernest renant mengemukakan seorang ahli sosial dari prancis bahwa proses perpaduan atau perbedaan itu timbul akibat adanya kesadaran, hasrat, dan kemauan untuk bersatu. Kemauan untuk bersatu atau to be together  itu muncul akibat adanya barbagai kesamaan antara lain nasib yang sama dalam perjalanan sejarah.

Kembali dari pembahasan diatas bahwa penguatan dari  prinsip pendirian yang kuat, keseimbangan dengan relasi antara individu, struktur sosial, agama dan budaya dalam ranah sosial yang ditekankan adalah egalitarianisme (persamaan derajat) tidak ada perbedaan antara kelompok manusia, yang membedakan hanya tingkat ketakwaannya kepada Tuhan.

Demi mewujudkan kehidupan yang harmonis dalam bermasyarakat dengan menegakkan keadilan antara seluruh ummat manusia. Dengan integrasi dalam berfikir, bertindak, dalam kehidupan baik secara ekonomi, politik, dan antar kelompok ummat beragama.

Berjalan diatas prinsp aswaja maka akan jelas bahwa nilai-nilai progresifitas dan kemanusiaan dalam pembangunan peradaban masyarakat sosial dengan berkeadilan, bersaudara.solidaritas yangkuat, persamaan hidup. Yakni ini semua merupakan sejarah ketauladanan hakiki yang dibawa Rosulullah Muhammad SAW.

*) Juhari salahsatu mahasiswa Teknik Kimia di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

No comments:

Post a Comment

Jendela Mutiara

Recent Post

Jendela Mutiara